Data inflasi AS kembali membawa awan gelap pada Bitcoin dan pasar crypto, setelah menghantam juga pasar saham untuk kembali mengendur.
Selera risiko investor kembali menyusut begitu data inflasi AS rilis di hari Jumat kemarin, yang sepertinya kembali menghambat upaya pemulihan di pasar crypto, bahkan membawa harga BTC kembali lebih rendah dari level psikologis $30.000.
Hal ini berdampak pada pasar saham yang mengawali penurunan di pasar aset berisiko. Selain itu, mendapatkan gelombang aksi jual lagi dan ditutup merah pada akhir pekan.
Oleh karena korelasi antara pasar saham dan crypto yang erat belakangan ini, pergerakan harga aset crypto pun turut ke Selatan mengikuti apa yang melanda Wall Street. Terutama terdampak pada saham-saham di sektor teknologi.
Dan kini, apa yang dikhawatirkan oleh investor di seluruh pasar keuangan, termasuk crypto, adalah risiko terjadinya resesi yang dilatarbelakangi oleh inflasi tinggi selama beberapa dekade.
Bank sentral AS, The Fed, telah bertindak agresif untuk melawan inflasi, tetapi risiko yang ada adalah pengetatan kebijakan yang dinilai terlalu cepat. Faktanya, momen ini adalah kayu bakar pencetus dari resesi.
Penurunan ekonomi yang terjadi, memicu penyusutan selera risiko pada investor. Tentu saja, hal ini akan berdampak buruk bagi pasar crypto. Data indeks harga konsumen AS untuk Mei telah dirilis tadi malam, yang naik 8,6%, melebihi ekspektasi pasar di 8,2%.
Namun, data inflasi lebih panas diperkirakan masih ada, yang melihat The Fed akan bertindak lebih agresif lagi sehingga dampaknya akan ditakutkan menghantam lagi pasar saham dan crypto. Wah!
Robert T. Kiyosaki sebelumnya pernah menyarankan pengikutnya di Twitter untuk lebih banyak membeli emas, perak, dan Bitcoin karena kekhawatiran resesi tersebut. Jika ini terjadi, tiga aset ini dinilai akan melesat harganya.